Nasional

Ada Apa dengan Anies Baswedan dan Sudirman Said?

Aada apa anies baswedan dan sudirman said

Oleh: Khoirul Bahri B
(Mantan sekretaris Laskan Santri AMIN dan Kandidat doctor Zitounah University Tunisia).

BELAKANGAN banyak beredar munculnya sosok Sudirman Said maju sebagai kandidat calon gubernur DKI 2024. Beberapa media juga menyampaikan framing yang membentur-benturkan antara sosok Anies Baswedan (AB) dengan Sudirman Said (SS). Adakah terjadi perpecahan di antara dua sosok ini karena sama-sama ingin maju menjadi calon gubernur DKI 2024?

Sebagai bagian dari timnas AMIN yang berada di barisan Laskar Santri AMIN saya memiliki pandangan sendiri mengenai sosok ini dan pilihan mereka. Akan tetapi tulisan ini tidak berspekulasi apakah perpecahan itu terjadi atau tidak, namun mencoba memahami jalan yang ditempuh baik yang dilakukan oleh AB maupun SS. Setelah membaca tulisan ini, silakan pembaca menyimpulkan sendiri.

Sebagaimana kita ketahui bersama SS adalah pendukung setia AB. Hubungan mereka sudah terjadi selama puluhan tahun, saya dengar sejak AB kuliah di USA. Begitu AB pulang dan berkiprah di gerakan sosial dan politik, SS setia menemaninya; Indonesia Mengajar, Gerakan Turun Tangan hingga sama-sama menjadi Menteri di masa Jokowi periode pertama mereka menjalin persahabatan dan saling mendukung. Hingga nasib mengantarkan AB menjadi gubernur DKI 2017-2022 hingga mencalonkan diri sebagai calon presiden 2024-2029, SS boleh dibilang kepala dapur yang mengatur semua strategi untuk menggelar karpet merah buat AB.

Baca juga: Sudirman Said: Transisi DKI ke DKJ Harus Sejahterakan Kaum Miskin kota

Ketika saya menjadi bagian dari Laskar Santri Amin, SS banyak memberikan dukungan atas kegiatan Laskar Santri. Bahkan SS, juga sangat dikenal di kalangan relawan dan lebih popular dibandingkan dengan M Syauki yang dipilih menjadi kapten timnas AMIN. Sebelum itu, SS juga mewarnai proses pembentukan koalisi Nasdem, PKS dan Demokrat sebelum demokrat keluar dan diganti dengan masuknya PKB. Dia menjadi bagian dari Tim 8.

Saya mengenalnya sebagai sosok yang humble, sangat terbuka (open minded) dan memiliki sikap yang jelas dalam membangun moralitas politik. Pendeknya SS adalah sosok yang mengisi kekurangan/kepanjangan tangan AB dalam hal mengelola tim dan membangun komunikasi dengan berbagai elite politik dan para pendukung/relawan AB. Sungguh mereka adalah pasangan yang sangat serasi. AB menjadi komandan diatas panggung, SS membantu dan menyiapkan segala hal untuk menggelar karpet merah yang disediakan buat AB.

Lalu kenapa mereka memilih jalan sendiri-sendiri dan nyaris ditafsirkan terjadi perpecahan diantara mereka berdua? Saya kira, pangkal persoalannya adalah dari kekalahan pilpres 2024 kemarin. Menurut saya, baik pasangan capres 01 (Anies-Muhaimin) maupun pasangan 03 (Ganjar Mahfud) tak pernah membayangkan bahwa mereka dapat dikalahkan secara telak. Prabowo Gibran (03) mengalahkan mereka hanya dengan satu putaran dengan perolehan suara sekitar 58 persen. Saya bahkan mendengar, baik 01 maupun 03 saling mengklaim merekalah yang bakal lolos bersama 02 ke putaran kedua. Saya merasakan suasana itu di dalam Timnas AMIN. Saya juga yakin, dari informasi teman-teman di pasangan 03 (Ganjar Mahfud), mereka memiliki perasaan yang sama.

Dengan kata lain, pasangan 01 (AMIN) tidak pernah menyiapkan skenario kekalahan dalam putaran pertama. Apa yang akan mereka lakukan setelah perhitungan quick count yang memenangkan Prabowo Gibran? Saat mengikuti proses sidang MK, di kalangan pendukung 01 sendiri memiliki pandangan yang berbeda-beda. Ada yang meyakini mereka bakal memenangkan perkara di MK, namun ada juga yang sangat pesimis dan meyakini mereka bakal mengalami kekalahan sebagaimana dialami Prabowo Sandi dalam pilpres 2019.

Itulah sebabnya ketika proses di MK selesai, AB sering menyatakan rehat dulu sambil mendengar suara dan aspirasi para pendukungnya. Belakangan malah sebagian pendukunya minta langsung agar AB Kembali maju untuk kedua kalinya menjadi calon gubernur DKI/DKJ 2024. Bahkan sebagian pendukungnya menyiapkan berkas untuk didaftarkan sebagai calon gubernur DKI/DKJ 2024 ke beberapa partai. Beberapa hari kemudian, pendukung SS juga menyiarkan hal yang sama. Kenapa ini bisa terjadi? Menurut saya, hal ini bisa terjadi karena cara pandang yang berbeda dalam menempatkan posisi/sosok AB yang kemarin menjadi capres 01. Ini bukan sosok personal AB namun sosok AB sebagai tokoh publik yang semakin dikenal sebagai tokoh nasional.

Hampir semua pendukung AB yang kemarin mendukung 01 saya kira menyetujui bahwa AB masih punya potensi/kans untuk Kembali maju ke pilpres 2029. Namun dikalangan pendukung 01 terjadi perbedaan pendapat dalam hal, bagaimana cara merawat momentum agar jalannya mulus bagi AB menuju kompetisi pilpres 2029? AB Pendukung AMIN yang menginginkan AB maju ke DKI 1 merasa bahwa momentum AB Kembali ke panggung pilpres 2029 hanya bisa dilakukan jika AB memiliki panggung/posisi sebagai gubernur. Apalagi kesempatan itu terbuka, dan elektabilitas AB masih terjaga di kalangan pendukungnya di DKI. Bukankah AB menjadi capres dari pasangan 01 karena dikenal sebelumnya sebagai gubernur DKI?

Selain itu, adakah cara lain menjaga momentum AB melenggang berkompetisi ke pilpres 2029. Mereka berpandangan bahwa tidak ada panggung politik lain, dan menempatkan AB berada di luar kekuasaan politik formal justru menenggelamkan kans AB sebagai calon kuat dalam pilpres 2029. Sebaliknya, pendukung SS berpandangan AB sudah diantarkan sebagai tokoh nasional, dan kekalahannya sangat tidak mengecewakan. Ini semua terjadi karena konsistensi pasangan 01 dalam membangun diferensiasi dengan rezim Jokowi yang nanti diteruskan oleh Prabowo Gibran. Sosok paling layak dan tepat merawat semangat perubahan yang berhasil meraih suara 24 persen adalah AB. Bagaimana merawatnya? Saya kira AB harus ditempatkan sebagai tokoh nasional, bukan lagi diturunkan menjadi calon gubernur. Bahkan bila AB menang sebagai gubernur DKI/DKJ 2024-2029 belum tentu jalan menuju 2029 berhasil dia lewati dengan baik. Apalagi kalau kalah. Bisa jadi karir AB selesai.

Kita tak pernah tahu apa yang terjadi dalam pemerintahan Prabowo Gibran selama lima tahun ke depan dan bagaimana nasib koalisi besar yang dibangun oleh pasangan 02. Lebih baik AB mundur selangkah untuk menyiapkan beberapa Langkah. Jauh lebih terhormat sekelas AB menjadi tokoh oposisi atau partner kritis rezim Prabowo Gibran daripada kalah di dalam pilgub DKI 2024 atau menjadi gubernur yang kelak harus banyak berkoordinasi (dan tentu saja menjadi subordinat presiden) untuk menyukseskan program Kawasan aglomerasi sebagaimana diamanatkan UU DKJ 2023.

Saya pribadi membayangkan adalah ideal sekali jika AB menjadi king maker – seperti disampaikan oleh Refly Harun, dan memberikan kesempatan (meng-endorse) kepada para pendukung 01 kemarin untuk berkompetisi di pilkada serentak 2024. Beberapa orang terdekat AB juga menginginkan agar gerakan perubahan tidak tersentral ke AB, namun menjadi gerakan kolektif sebagai usaha untuk memperbaiki proses demokrasi di Indonesia.

Sementara AB kita tempatkan sebagai partner kritis (jika kita alergi dengan istilah oposisi) pemerintah Prabowo Gibran. Beberapa kolega saya di Jakarta sering berkelakar, gimana Jokowi enggak melenggang aman sampai bisa intervensi menentukan presiden berikutnya lah oposisinya Cuma Rocky Gerung (RG). Tentu candaan ini bukan merendahkan Mas Rocky Gerung yang digemari oleh para pendukung AB, namun ini sekedar gambaran betapa tokoh tokoh politik yang berada di garis kekuasaan/pemerintah semasa Jokowi sangatlah sedikit. Nyaris semua aktivis yang awalnya mendukung Jokowi untuk menguatkan demokrasi malah larut ke dalam pusaran kekuasaan.

Dalam upaya menciptakan check and balance bagi penguatan demokrasi, saya kira dibutuhkan sosok RG lebih banyak lagi bahkan yang cukup dikenal luas dan memiliki pengaruh di kalangan basis massanya. AB bisa mengisi kekosongan ini sembari merawat pendukung yang kemarin memilihnya di pilpres 2024.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Saya Memilih Anies-Muhaimin

Namun yang ideal belum tentu realistis. Mungkin saja pilihan pendukung AB yang mendorong Kembali AB maju ke DKI 1 akan semakin memperkuat AB dan semakin disukai publik. Siapa tahu? Disisi lain, kita juga tidak bisa mengabaikan argument para pendukung SS. Saya yakin mereka bukan pembenci AB akan tetapi justru hendak menempatkan peran dan posisi Ab yang lebih sesuai. Apapun perbedaan itu, yang jelas, perbedaan AB dan SS kukira perlu ditempatkan sebagai pilihan bebas karena sama sama didasarkan dari aspirasi pendukungnya masing-masing. Dengan kata lain, sebaiknya perbedaan ini perlu dilihat sebagai usaha untuk memperbaiki proses demokrasi di Indonesia. Baik AB dan SS memiliki rekam jejak yang baik sebagaimana pejabat publik Pilihan yang berbeda anggap saja itu sebagai fastabiqulkhoirot (saling berlomba untuk kebaikan) dalam usaha untuk memperbaiki proses demokrasi di Indonesia. Dari Tunisia saya Cuma berdoa, Mas AB dan Mas SS semoga anda sehat selalu dan semoga selalu menjaga tali silaturrahim. Amin

 

 

1 Comment

1 Comment

  1. Atikah Mansyur

    May 29, 2024 at 4:08 pm

    Setuju dan sependapat dng penulis, karna kami bagian relawan yg menginginkan pak Anies jadi Pemimpin perubahan, dan pemimpin Nasional… Bukan turun ke glanggan guk DKI… Yg bisa jadi akan menghancurkan kan karir… Beliau,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top