Nasional

Tentang Elektabilitas Para Capres Terkini

KEBARUAN.COM – Setelah debat capres yang pertama, sepertinya belum ada lagi survei terkait elektabilitas para calon presiden, secara nasional. Hasil survei terakhir yang dirilis oleh Poltracking, Litbang Kompas, LSI, dan Indikator Politik Indonesia, rata-rata dilakukan pada saat sebelum debat capres pertama. Bahkan survei Roy Morgan, yang mengunggulkan capres Ganjar Pranowo, yang baru-baru ini diberitakan oleh beberapa media online, sebagai survei capres terbaru, setelah kita kroscek ternyata dilakukan pada bulan Juli – September 2023, sebelum elektabilitas Ganjar terjun bebas, akibat tersedot ke Prabowo, yang menggandeng Gibran, putra Jokowi sebagai cawapres.

Secara umum, hasil survei yang cukup objektif adalah yang dikeluarkan oleh dua lembaga survei, yaitu Indikator Politik Indonesia dan Litbang Kompas. Kedua lembaga survei ini menempatkan pasangan calon (paslon) nomor 2, Prabowo – Gibran , di urutan pertama, disusul oleh paslon nomor 1, Anies – Muhaimin. Posisi terakhir, adalah Ganjar – Mahfud, yang basis massanya sama dengan Prabowo – Gibran.

Faktor dukungan Jokowi, walaupun tidak beliau sampaikan secara gamblang, pada dasarnya sangat menentukan tinggi rendahnya elektabilitas para capres. Dengan menjadi media daring (kesayangan media), sejak tahun 2014, sampai sebelum pencawapresan Gibran oleh partai – partai pengusung Prabowo sebagai capres, tingkat kesukaan dan kepuasan mayoritas rakyat Indonesia terhadap pemerintahan Jokowi sangat tinggi.

Bahkan setelah pencawapresan Gibran, Indikator Politik Indonesia, sempat merilis hasil survei yang diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober – 1 November. Sebanyak 75,8 % masyarakat Indonesia menyatakan kepuasan terhadap kinerja Jokowi (dikutip dari kompas.com, akses 15 Desember 2023). Artinya, pencawapresan Gibran, dan serangan terhadap pemerintah Jokowi tentang isu politik dinasti, pada dasarnya belumlah membuat mayoritas rakyat berpaling dari Jokowi. Inilah kemudian yang membuat kontestasi pilpres 2024, menjadi menarik.

Prediksi oleh beberapa pentolan lembaga survei, yaitu bahwa jika pemilu terjadi dua putaran, maka suara paslon yang tidak lolos, akan tersedot ke paslon Prabowo – Gibran, sebagian besar. Persoalannya, politik tidak selalu bisa diprediksi dengan menggunakan pendekatan matematis dan ilmu pasti. Kondisi Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) DKI Jakarta pada tahun 2017, yang di atas kertas mengunggulkan paslon Ahok – Djarot, akan tetapi pada hari H pemilihan, kondisi bisa berbalik, dan paslon Anies – Sandiaga menjadi pemenang kontestasi Pilkada DKI, pada tahun tersebut.

Sebelumnya, memang ada kondisi khusus, yang cukup menentukan hasil Pilkada DKI, yaitu kemarahan sebagian umat Islam, atas pernyataan petahana Gubernur DKI saat itu, yaitu Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok, yang mengutip salah satu ayat dalam kitab suci Al Qur’an dalam pidatonya. Padahal, secara kapasitas, beliau bukan pemuka agama, maupun ahli agama. Demonstrasi berjilid-jilid, untuk meminta supaya Ahok diadili, karena dianggap menista atau menodai agama Islam, pada akhirnya berujung pada keberhasilan, dengan diadilinya yang bersangkutan. Kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI, pada tahun tersebut, diikuti dengan vonis pengadilan, bahwa Ahok bersalah secara hukum, dan harus menjalani hukuman penjara selama dua tahun.

Pada saat ini, potensi kondisi khusus, seperti halnya Pilkada DKI 2017 lalu, adalah dengan adanya tudingan terhadap Presiden Jokowi, yang menjalankan politik dinasti, karena putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, mengikuti kontestasi Pilpres 2024, sebagai cawapres pendamping Praboowo. Masalahnya, adalah protes, karena ketidakpuasan terhadap langkah politik Jokowi tersebut, hanya dilakukan oleh para mahasiswa, yang tidak dibarengi dengan dukungan dari mayoritas rakyat, seperti halnya demonstrasi menuntut Ahok diadili pada tahun 2016, yang diikuti ratusan ribu bahkan jutaan massa rakyat.

Baca jugaBerbagai Program Kongkrit AMIN untuk Penyandang Disabilitas

Artinya, prediksi sebagian besar lembaga survei, terkait kemenangan paslon nomor urut 2, Prabowo – Gibran, kemungkinan menjadi kenyataan, pada putaran pertama, dengan syarat tidak adanya blunder yang bersifat fatal, yang membuat massa rakyat, yang sebelumnya mendukung Prabowo – Gibran, berbalik arah mendukung paslon lainnya, baik itu Anies – Muhaimin, maupun Ganjar – Mahfud. Akan tetapi, jika melihat pada ketidakmampuan Prabowo mengontrol emosi pada debat capres pertama, kemungkinan di putaran kedua akan terjadi fenomena Pilkada DKI, yaitu kemenangan diraih oleh pasangan AMIN. Hal ini tercermin, pada beberapa komen anak-anak muda di media sosial, yang mengatakan bahwa mereka akan mengalihkan dukungan, terutama ke pasangan Anies karena Prabowo terlihat tidak mampu mengendalikan emosinya, dalam debat capres. Sementara Anies tampil dengan tenang, meyakinkan, penuh data, dan nyambung dengan situasi kaum milenial dan gen Z.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top