Nasional

Tentang Debat Capres Pertama Itu

Oleh: Muhammad Mustafid
(Pimpinan Laskar Santri D.I.Y)

KEBARUAN.COM – Akhirnya kita bisa menyaksikan juga debat capres pertama, untuk Pilpres 2024, pada Selasa lalu, 12 Desember 2023. Bagi saya, debat tersebut berjalan sesuai harapan dan prediksi. Calon presiden nomor urut 1, yaitu Anies Baswedan memang mendominasi perdebatan, dan tidak gentar, walaupun lawan yang didebatnya mencoba membalikkan argumennya, seperti dengan mengatakan, “Kalau demokrasi kita tidak berjalan, tidak mungkin anda jadi Gubernur. Kalau Jokowi diktator anda tidak mungkin jadi Gubernur” (sumber: viva.co.id, diakses 15 Desember 2023). Begitulah kata calon presiden nomor urut 2, yaitu Prabowo Subianto kepada Anies Baswedan.

Reaksi Anies yang dengan cerdas dan elegan menanggapi pernyataan Prabowo, patut diacungi jempol. Begini kata Anies, “Ketika kita menghadapi proses demokrasi ada pemerintah dan oposisi. Dua-duanya terhormat, ambil keputusan itu dilakukan ada pandangan perspektif yang berbeda dan masyarakat yang menilai. Sayangnya, orang tidak tahan untuk jadi oposisi. Pak Prabowo tidak tahan jadi oposisi”. Lebih jauh, Anies juga menyampaikan secara gamblang bahwa Prabowo tidak betah menjadi oposisi, karena bisnisnya tidak jalan. Padahal, menurut Anies, kekuasaan seharusnya lebih dari sekedar bisnis atau uang, kekuasaan adalah kehormatan untuk menjalankan kedaulatan rakyat (sumber: solopos.com, diakses 15 Desember 2023).

Baca juga: Survei Terbaru Elektabilitas Anies Baswedan

Poin yang menarik lainnya adalah terkait solusi konflik di Papua. Prabowo mengusulkan untuk memperkuat pengamanan, yang arti kongkritnya adalah penambahan pasukan militer di Papua. Sementara, Ganjar menekankan pentingnya dialog. Anies Baswedan menyampaikan poin yang mungkin hampir terlupakan oleh banyak orang, yaitu pentingnya mewujudkan keadilan di Papua, untuk menyelesaikan konflik di sana. Karena memang dulu, sekitar tahun 2018, pernah ada stasiun televisi nasional, yang mewawancarai perwakilan OPM (Organisasi Papua Merdeka). Pada saat itu, wakil dari OPM menyatakan bahwa mereka tidak butuh infrastruktur, artinya, seharusnya pemerintah mengadakan hal yang lebih tinggi daripada sekedar infrastruktur, yaitu keadilan, seperti poin yang disampaikan Anies Baswedan.

Selain itu, poin menarik berikut, adalah ketika Anies Baswedan menanggapi Ganjar Pranowo, yang menyatakan bahwa dirinya akan mengambil langkah-langkah memiskinkan dan merampas aset koruptor, dengan mengesahkan undang-undang perampasan aset. Anies kemudian menanggapi dengan menyetujui Ganjar, dan menambahkan bahwa gerakan anti-korupsi sebagai aksi bersama, yang melibatkan seluruh rakyat, juga harus digalakkan. Beliau juga menambahkan tentang pentingnya revisi undang-undang KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), supaya KPK menjadi kuat kembali (sumber: rri.co.ic, diakses 15 Desember 2023).

Secara keseluruhan, memang Anies Baswedan unggul telak dalam debat capres pertama tersebut. Kemampuan mengolah kata, dan manajemen emosi, serta pemahaman mendalam atas program-program pro rakyat, adalah beberapa hal yang saya soroti menjadi keunggulan beliau. Prabowo yang masih belum berubah, seperti lagu yang disukai beliau, yaitu “Aku Masih Seperti yang Dulu”, yang dipopulerkan oleh Dian Pesesha. Ganjar lebih banyak berdiri di luar, atau berada di luar perdebatan, bersikap seolah-olah netral, akan tetapi, dalam kenyataannya, tidak menjadi perhatian dalam arena debat capres ini.

Artinya, jika kemudian pemenang pilpres ditentukan oleh debat capres, maka sudah jelas, Anies Baswedan lah yang menjadi pemenangnya. Akan tetapi, kembali lagi, pada kata-kata yang pernah viral “tidak segampang itu Ferguso!”. Saya mahfum sekali, bahwa ada banyak faktor yang menentukan kandidat capres mana yang akan memenangi kontestasi pilpres 2024. Terkadang bahkan kecerdasan, dan kemampuan retorika, ataupun pemahaman mendalam terhadap program-program yang ditawarkan, tidak selalu menjadi penentu. Penafsiran para pendukung terhadap kandidat yang didukungnya, para buzzer yang bisa membalikkan logika masyarakat banyak, branding kandidat capres. Hal-hal itulah, yang mungkin bisa juga menjadi faktor penentu lainnya.

Walaupun memang, kalau kita lihat sejarah pemilu langsung di Indonesia, biasanya kandidat capres, yang cerdas, dan bisa berargumentasi dengan baik, dan meyakinkan, selalu keluar sebagai pemenang dalam kontestasi pilpres. Seperti SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan Jokowi, yang bisa dengan tenang, berargumentasi menyampaikan program-program yang mereka tawarkan dalam debat capres. Akan tetapi, belum tentu juga, pilpres tahun depan, akan mengulang kondisi seperti itu, karena sekali lagi, ada banyak faktor lainnya, yang menentukan.

Baca juga: Mengenal Anies Baswedan: Prestasi dan Gagasannya untuk Indonesia

Harapan saya, supaya kontestasi pilpres dan pemilu legislatif tahun depan, bisa berjalan dengan baik, jujur dan adil (Jurdil), serta LUBER (Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia), dengan tetap menjaga demokrasi, dan persatuan bangsa. Karena nasib bangsa dan negara Indonesia, akan sangat bergantung pada pemerintahan yang dijalankan oleh siapapun yang memenangi pilpres tahun depan.***

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top