Nasional

Kebijaksanaan Gus Muhaimin terkait Pertahanan Negara Indonesia

Oleh: Harsa Permata

KEBARUAN.COM – Pada hari Rabu, 3 Januari 2024, cawapres (Calon Wakil Presiden), dari paslon (Pasangan Calon) nomor urut 1 (AMIN), Gus Muhaimin Iskandar, yang juga merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menyampaikan pandangan beliau terkait kebijakan pertahanan negara Indonesia terkini. Hal tersebut, disampaikan beliau, saat bertemu petani, dalam acara “Nitip Gus”, di Kabupaten Bandung, tepatnya di area sawah kawasan Sijalak Harupat.

Secara umum, Gus Muhaimin menyampaikan keheranannya, terkait kebijakan pertahanan negara
Indonesia, yang meningkatkan anggaran pertananan negara, untuk pembelian alutsista (alat utama
sistem senjata) melalui utang triliunan rupiah. Padahal, menurut Gus Muhaimin, Kita tidak sedang
Dalam kondisi Perang. Beliau juga menambahkan bahwa seharusnya Dana tersebut bisa dialokasikan
untuk pengadaan alat pertainan, untuk meningkatkan produksi pertanian, guna ketahanan pangan.

“Kita enggak perang kenapa kebanyakan utang beli alat perang? Lebih baik utang untuk beli alat pertanian”. Lebih lanjut, Gus Muhaimin menyampaikan bahwa hal yang urgent dibutuhkan oleh rakyat, adalah pangan, yang bisa didapat jika produksi bahan pangan bisa tetap dilakukan oleh para petani. Oleh karena itu, pemberian alat pertanian, pada dasarnya adalah salah satu support, yang sangat dibutuhkan oleh patani saat ini (Sumber: kompas.com, 4 Januari 2024).

Baca jugaNU dan Pemilu 2024: Cawe-Cawe atau Menegakkan Makna Khittah

Di sini sebenarnya kalau kita lihat bagaimana sebenarnya konsep dan filosofi pertahanan negara Indonesia, maka pandangan Gus Muhaimin ini lebih sesuai dengan hal tersebut. Sistem pertahanan negara Indonesia, adalah sishankamrata, atau sistem pertahanan dan kemanan rakyat semesta. Sistem pertahanan ini melibatkan seluruh warga negara, yang meliputi TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Polri (Kepolisian Republik Indonesia), yang didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Hal ini tertuang dalam Pasal 30 ayat 2, Undang-Undang Dasar 1945.

Artinya, TNI dan Polri tidak bergerak sendiri dalam usaha pertahanan negara Indonesia, tetapi harus melibatkan rakyat sebagai komponen pendukung dalam setiap tindakan dan aksi pertahanan negara. Dengan jumlah rakyat yang besar seperti Indonesia, yaitu sekitar ratusan juta, sebenarnya belanja alutsista besar-besaran untuk pertahanan negara, bukanlah merupakan hal yang urgent.

Di sinilah letak kesesuaian antara pandangan Gus Muhaimin dengan filosofi pertahanan negara dan bangsa Indonesia, yaitu komponen pendukung pertahanan negara, yang dalam hal ini adalah rakyat, juga harus dipastikan tidak kekurangan pangan. Logikanya, bagaimana bisa mendukung pertahanan negara, kalau mayoritas rakyat dalam kondisi tidak tercukupi pangannya, atau ekstrimnya kelaparan?

Pembelian alutsista besar-besaran, pada dasarnya bisa dimaknai sebagai sikap yang hanya mempercayakan pertahanan negara pada tentara profesional belaka, yang dalam hal ini adalah TNI. Karena yang bisa mengoperasikan alutsista tersebut, biasanya hanya tentara profesional, yang memang dilatih untuk itu. Dengan demikian, maka filosofi sishamkamrata, tidak akan maksimal diterapkan, jika pemerintah hanya berfokus pada persenjataan atau alutsista belaka, tanpa memperhatikan bagaimana kondisi ketercukupan pangan rakyat.

Baca jugaKebijakan Menaikkan CHT akan Membuat Ekonomi Semakin Lesu

Jangan sampai pula, kesalahan Rezim Orde Baru, yang menggunakan operasi militer, untuk meredam gerakan separatis, terulang kembali. Padahal, gerakan separatis, pada dasarnya terjadi karena negara gagal mewujudkan keadilan sosial. Seperti yang terjadi di Aceh pada masa Orde Baru, daerah Aceh, kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi dan gas alam, akan tetapi karena pembangunan Indonesia, tidak merata, atau hanya terpusat di Pulau Jawa saja, Aceh dan berbagai daerah di luar Pulau Jawa, harus mengalami ketertinggalan dalam proses pembangunan.

Akhir kata, filosofi dan sistem pertahanan negara Indonesia, atau sishankamrata memandang bahwa TNI, Polri, dan rakyat Indonesia, pada dasarnya adalah satu kesatuan dalam setiap usaha pertahanan negara. Oleh karena itu, seharusnya rakyat sebagai salah satu komponen pertahanan negara, tidak dilupakan. Pembelian alutsista secara besar-besaran, jika tidak disertai dengan mewujudkan kesejahteraan rakyat, salah satunya melalui ketercukupan bahan pangan, maka akan sangat tidak sesuai dengan filosofi pertahanan rakyat semesta tersebut. Dengan demikian, pandangan Gus Muhaimin bahwa pengadaan alat pertanian untuk para petani, supaya bisa memproduksi bahan pangan dengan baik, adalah hal yang sangat sesuai dengan filosofi pertahanan rakyat semesta dan seharusnya menjadi prioritas negara Indonesia saat ini.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top